
Ia menghapus debu dari sepatu yang tak pernah menginjak kantor,
menyalin harapan ke dalam amplop cokelat yang kesepian.
Tak ada yang menanyakan usia, tapi semua sudah tahu:
rambutnya menyimpan waktu, dan dadanya menyimpan tanggungan.
Anaknya ingin sekolah, istrinya butuh obat,
dan ia hanya punya tangan yang mulai gemetar saat menulis nama.
Setiap penolakan seperti senja yang datang lebih cepat,
diam-diam merampas cahaya tanpa sempat pamit.
Cirebon , 24 Mei 2025 – Edy Susanto