
[CRBNTV – Kabar Cirebon, Cirebon News Stream , Media and Citizen Journalism] – Bubur sumsum adalah salah satu hidangan tradisional Indonesia yang telah lama dikenal dan disukai oleh masyarakat. Terbuat dari bahan dasar tepung beras dan santan, bubur sumsum sering disajikan sebagai hidangan penutup atau camilan. Hidangan ini memiliki cita rasa yang khas, gurih, dan manis, serta tekstur yang lembut. Meskipun populer, bubur sumsum seringkali dianggap sebagai makanan sederhana dan kurang menarik bagi generasi muda. Di tengah maraknya makanan modern dan kekinian, bubur sumsum berpotensi kehilangan pamor jika tidak ada upaya untuk mengembangkannya.
Salah satu masalah utama yang dihadapi bubur sumsum adalah kurangnya inovasi dalam penyajian dan variasi rasa. Bubur sumsum seringkali dianggap monoton karena hanya disajikan dengan kuah gula merah atau santan. Selain itu, proses pembuatan bubur sumsum yang membutuhkan waktu dan ketelatenan membuatnya kurang praktis bagi masyarakat modern yang cenderung mengutamakan kemudahan dan kepraktisan. Hal ini menyebabkan minat terhadap bubur sumsum, terutama di kalangan generasi muda, semakin menurun. Di sisi lain, kurangnya promosi dan branding yang kuat juga membuat bubur sumsum kalah bersaing dengan makanan modern.
Jika masalah ini tidak segera diatasi, bubur sumsum berisiko semakin terlupakan dan kehilangan tempat di hati masyarakat, terutama generasi muda. Hal ini dapat mengancam kelestarian hidangan tradisional ini sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Selain itu, pelaku usaha yang bergantung pada penjualan bubur sumsum juga akan kesulitan mempertahankan pendapatan mereka. Dalam jangka panjang, hilangnya minat terhadap bubur sumsum dapat mengurangi keragaman kuliner Indonesia dan menghilangkan peluang untuk mempromosikan kekayaan kuliner nusantara ke dunia internasional.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya inovasi dan modernisasi dalam penyajian bubur sumsum. Pertama, bubur sumsum dapat dikreasikan dengan berbagai topping dan varian rasa, seperti buah-buahan, cokelat, atau matcha, untuk menarik minat generasi muda. Kedua, proses pembuatan bubur sumsum dapat disederhanakan dengan memanfaatkan teknologi atau produk instan yang tetap menjaga cita rasa aslinya. Ketiga, promosi dan branding yang kreatif, seperti memanfaatkan media sosial dan kemasan yang menarik, dapat meningkatkan daya tarik bubur sumsum.
Dengan menerapkan solusi ini, bubur sumsum tidak hanya akan kembali populer di kalangan masyarakat, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Inovasi dan modernisasi akan membuka peluang baru bagi pelaku usaha, baik skala kecil maupun besar, untuk mengembangkan bisnis mereka. Selain itu, bubur sumsum yang lebih menarik dan praktis dapat menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang mampu bersaing di pasar global.
Dengan demikian, upaya untuk mengembangkan bubur sumsum bukan hanya tentang melestarikan hidangan tradisional, tetapi juga tentang menciptakan nilai tambah dan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Melalui inovasi dan promosi yang tepat, bubur sumsum dapat kembali menjadi hidangan yang diminati dan dibanggakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Reportase dan Opini : Hafida, TJI