
Senja turun perlahan seperti kau dulu pergi:
tanpa suara, tanpa sisa jejak di halaman waktu.
Langit menggurat luka jingga yang tak bisa kusebut namanya,
hanya tahu: ia terasa persis seperti kehilanganmu.
Aku masih menyeduh teh yang tak pernah kau sentuh,
menata kursi yang kau tinggalkan miring,
dan setiap cahaya yang redup di jendela itu
adalah rindu yang diam-diam belajar jadi duka.
Cirebon, 24 Mei 2025, Edy Susanto