
Rasanya malu, aku,
melihat bingkai-bingkai yang tak lagi bernyawa,
foto-foto dengan senyummu terpampang,
sementara kau, pergi begitu saja.
Beginilah nasib—
lelaki tanpa harta,
yang hanya bisa menawarkan setia,
tanpa megah dunia.
Aku pun melangkah,
menutup halaman terakhir cerita kita,
menggulung kenangan dalam diam,
dan meletakkannya di rak paling sunyi jiwa.
Ini…
foto terakhir yang kulihat darimu,
dan biarlah begitu—
pergilah, karena tugasku telah selesai:
menjagamu,
walau tak pernah benar-benar kumiliki.
Kini aku melanjutkan,
kehidupan yang mungkin lebih indah,
pada pintu lain yang menyambutku,
meski bukan bersamamu.
Terima kasih,
kau telah menjadi kepingan kisah,
dalam hidupku yang sederhana,
menemani tawa, luka,
dan cinta yang pernah kita eja bersama.
Kini semuanya telah menyatu—
dalam album yang berubah menjadi museum.
Abadi, tapi tak tergapai.
Terima kasih…
dan selamat tinggal.
Aku memilih jalan terakhir:
keikhlasan.