
Selembar uang kutitipkan pada genggaman Ibu,
bukan karena lebih, bukan karena lapang,
tapi karena cinta yang tak pernah menunggu cukup
untuk menunjukkan rindu dalam bentuk yang sederhana.
Meski cicilan mengetuk di depan pintu,
dan beban hidup meringkihkan pundak,
tangan ini tetap memilih memberi,
karena wajah Ibu—itu ketenangan yang tak ternilai.
Aneh rasanya,
dalam sempitnya dompet,
ada ruang yang longgar saat niat itu untuk Ibu.
Meski ala kadarnya, bahagia itu tak bisa dibohongi.
Dan kini, kutitipkan doa dalam setiap lembar yang berpindah,
semoga menembus langit,
mengetuk pintu langit rezeki,
meluaskan jalan-jalan yang sempit,
dan melunakkan segala yang masih tertunda.
Ya Allah,
jika satu sen itu membawa senyum Ibu,
maka lipatgandakanlah dalam bentuk berkah,
agar esok, aku bisa memberi bukan karena memaksa,
tapi karena Engkau telah cukupkan segalanya.